
BELAJAR BANGKIT MELAWAN COVID (Karya: Siara Zazkia Juliana Putri)
TENTANG PENULIS
Hallo.. Perkenalkan nama saya Siara Zazkia Juliana Putri saya terlahir dari
keluarga yang bahagia dan amat menyayangi saya. Biasanya saya di panggil
Zazkia. Saya anak perempuan bungsu dari tiga bersaudara dan saya lahir pada 06
Juli 2003 di Bunga Mayang, Lampung Utara berumur 17 tahun. Saya kelas XII MIPA
2 dan akan mendekati kelulusan. Saya akan menceritakan tempat saya menjemput
dan menimba ilmu yaitu SMAN 6 PALANGKARAYA.
BELAJAR BANGKIT MELAWAN COVID
Terdengar suara ayam berkokok pukul 4 subuh "Zaz bangun nak sholat, setelah itu bantu ibu masak sebentar lalu bersiap untuk berangkat sekolah" suara ibu membangunkan ku "Iya bu, aku rapikan tempat tidur dulu ya". Rutinitas ku setiap pagi hari sebelum sekolah. Tepat pada tanggal 1 Juli 2018 aku diterima di SMAN 6 PALANGKARAYA. Sekolah ini berada di pinggiran kota di Jl. TJILIK RIWUT KM 29,5. Aku masuk jurusan MIPA dan masuk di kelas MIPA 2. Aku memiliki teman yang sangat dekat sekali denganku ia bernama Puja, dia anak tunggal dari keluarga harmonis yang bahagia. Kami berdua kemanapun selalu bersama sama, seperti kakak beradik
"Teng, teng, teng" suara lonceng berbunyi menandakan waktu apel pagi dimulai. "Zaz ayo segera ke lapangan apel mau mulai" suara Puja setengah berteriak "Iya sebentar aku merapihkan rambut dulu" sambil berlari kecil. Kami selalu apel setiap pagi. Apel di mulai pukul 06.30 WIB dan kami pulang pada pukul 15.15 WIB. "Teng, teng, teng" menandakan jam olahraga habis tepat pukul 09.30 WIB. Keringat bercucuran membasahi dahiku. "Puja, ayo kita ke kantin beli es, aku haus sekali" ajakku "Ayo zaz, aku juga haus sekali". "Tante punyaku berapa sop, es, dan gorengan satu" kata temanku dikantin.
Kantin tiap hari sangat ramai terlebih saat jam istirahat. Matahari terik sekali siang ini, aku berlari kecil mengambil buku untuk dijadikan kipas. "Zaz ambilkan buku ku juga ya" Puja berteriak meminta tolong padaku. "Aku juga zaz" beberapa temanku juga menyahut. Siang itu kami sehabis melaksanakan ekstrakurikuler Pramuka Wajib pada hari Jumat yang diikuti seluruh siswa siswi. "Zaz, kamu bawa baju PMR ngga? kita hari ini eskul" tanya Azizah teman sebelah bangku. "Tentu dong aku bawa". Setiap hari Jumat pukul 14.30 kegiatan kami disekolah adalah ekstrakurikuler setelah melaksanakan Pramuka Wajib. Satu tahun berlalu dan kami naik ke kelas XI.
Semuanya berjalan seperti biasanya. Memasuki semester genap aku mendengar kabar. Ada virus Corona. "Eh eh, ada virus yang lagi heboh loh katanya sih bahaya" percakapan yang aku dengar ketika berjalan di koridor sekolah menuju kantin. Virus ini merajalela dimana mana. Tak luput Indonesia juga terserang wabah dari virus ini. Meluasnya virus ini membuat Corona seperti "hantu" semua takut padanya tidak ada yang bisa menghentikannya.
"Teng, teng, teng" pukul 15.15 menandakan jam pelajaran sudah habis. "Hati hati ya di jalan" teriakku ke Puja. "Argh panas sekali, bu handuk dimana ya aku mau mandi ni" tanyaku sembari mencari handuk. "Ada dilemari tadi ibu cuci handukmu, ini" (sembari menyerahkan handuk). "Kring,kring" suara Handphone bergetar ada pesan dari WhatsApp bahwa sekolah di liburkan selama 2 minggu. Banyak siswa siswi yang gembira mendengar kata kata libur, termasuk aku karena biasanya hanya libur 2 hari yaitu hari Sabtu dan Minggu dan ini diliburkan dengan waktu yang cukup lama yaitu 2 minggu.
"Kring, kring" Handphone ku berbunyi ada pesan dari Puja, kami berdua yang biasanya bisa bertatap langsung sekarang hanya bisa berkomunikasi via WhatsApp. Bahagia? Tentu saja tidak. Belum cukup waktu libur 2 minggu ternyata ditambah lagi. Sekolah banyak melakukan perubahan dalam proses belajar mengajar yaitu secara virtual, telekonferens, WhatsApp dan Zoom aplikasi ini bak pahlawan di zaman sekarang. Semua kegiatan, pekerjaan, bersekolah, semuanya serba online. "Bagaimana ini cara masuk ke kelas di Classroom" chat di grup WhatsApp kelasku. Awalnya terasa membingungkan tetapi lama lama terbiasa. Benar, walaupun kondisi ini membatasi kita dalam beraktifitas, bukan berarti kita hanya bisa diam dirumah dan pasrah. Waktu berlalu tanpa arti jika kita benar-benar hanya diam.
Langit masih gelap pekat, adzan subuh berkumandang aku segera bangkit dari tempat tidur lalu sholat dan kembali tidur lagi. Kicauan burung terdengar riuh. "Zaz bangun nak sudah jam setengah 6, kapan kamu mulai sekolah lagi?" tanya ibu. "Masih belum tau bu, virus ini membuat semuanya terganggu termasuk sekolah juga" jawabku. "Ayo segera masuk ke Zoom upacara segera dimulai" temanku di grup WhatsApp mengingatkan setiap hari Senin dilaksanakan upacara secara virtual. Pembelajaran online kurang bisa dipahami, terkadang ada beberapa kendala seperti signal atau kehabisan paket. Tetapi sekarang sudah diberikan paket gratis oleh pemerintah, ya meskipun ada beberapa yang belum dapat tetapi setidaknya sudah membantu sebagian siswa.
"Nak, ayo mancing" ajak ayah. "Ayo yah, bosan dirumah terus". Inilah kebiasaan baru yang aku jalani. Banyak waktu untuk orang dirumah berbagi cerita, kasih, membantu orang tua dan bersenda gurau. Matahari bersinar dengan terangnya aku mencium aroma yang sangat sedap dari dapur. "Ibu, masak apa hari ini?" tanyaku penasaran. "Masak ikan lais bumbu kesukaan mu" jawab ibu sembari mengaduk bumbu. Aku sangat suka dengan ikan lais. Banyak cerita sederhana membuat bahagia di rumah, Ibu gemar mengajakku mengobrol sambil memasak."Nak, cicipi masakan ibu kurang garam atau tidak?". Percakapan sederhana yang bila diingat membuat rindu kepada ibu apabila aku jauh darinya.
Hari demi hari berlalu dan tak ada satu orang pun yang bisa menjawab kapankah ini akan berakhir. Kesepian dan kesunyian yang dulu bagaikan musuh kini menjadi teman akrab. "Jam berapa sih ini, udah ngantuk banget" suara yang biasa kudengar pada saat masih sekolah. Suara gitar dan suara nyanyian teman semuanya terbayang dipikiran. Aku sangat merindukan suasana riuh di kelas dan kekonyolan yang dibuat teman teman pada jam kosong.
"Tik, tik,tik" air hujan turun dari langit yang gelap aku merenung didekat jendela dan terpikirkan olehku apakah semua ini tercipta untuk memperbaiki yang rusak? Aku mendengar berita di televisi polusi udara berkurang dan kualitas udara semakin baik. Apakah ini cara alam memperbaiki dunia? Tidak ada yang tau. Aku mempelajari dampak tidak selalu negatif pasti ada sisi positif nya. Badai pasti berlalu, jangan jadikan batasan tapi jadikan pelajaran. Pilihan hidup ada dua "Bangkit" atau "Pasrah". Jika kamu bangkit kamu akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan jika pasrah kamu akan di hujani ketidaktahuan.