
SEKOLAHKU DIMASA PANDEMI (Karya: Meisa Tauranti)
BIODATA PENULIS
Namaku Meisa Tauranti, biasa dipanggil Meisa. Aku lahir di Palangka Raya. Umurku 15 tahun dan akan genap 16 tahun di bulan Mei nanti tepatnya pada tanggal 12. Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Aku tinggal di Transmigrasi KM.38.
Aku siswa kelas 10 di sekolah SMA Negeri 6 Palangka Raya. Hobiku bermain alat musik, membaca dan menggambar. Aku juga seorang Kpopers, pasti tak asing dengan kata tersebut. Ya aku penggemar lagu Pop Korea, fandomku THE B.
Sebenarnya aku tak mempunyai bakat sama sekali dibidang menulis, tapi aku ditunjuk sebagai perwakilan kelas. Aku tak bisa menulis tapi suka membaca. Tapi keluar jalur hobi sedikit tak apalah ya, mencoba hal baru apa salahnya ya kan? Ya karena hidup itu harus diberi warna supaya tak selalu hitam putih abu-abu, kamu akan cepat bosan jika hidupmu terlalu monoton.
SEKOLAHKU DIMASA PANDEMI
Merebaknya virus covid-19 atau corona di Indonesia tentu jelas membuat kegiatan dan interaksi manusia terbatas. Maka dari itu pemerintah membut kebijakkan New Normal atau “Kebiasaan Baru” untuk mencegah dan meminimalisir penyebaran virus tersebut. Contohnya dengan menggunakan masker, selalu mencuci tangan, dan menghindari kerumunan atau interaksi secara langsung.
Di dunia pendidikan juga diterapkan sistem sekolah dari rumah atau daring. Kegiatan tersebut dilakukan melalui aplikasi Zoom Class Meeting maupun Google Classroom. Jadi siswa dan juga guru berinteraksi melalui aplikasi tersebut. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakannya, dan tentu itu juga diberikan batas waktu pengerjaannya atau bahasa sehari-harinya adalah deadline.
Di awal tahun ajaran baru, MPLS juga dilakukan virtual melalui Zoom Class Meeting dan saat diberikan tugas MPLS melalui Google Classroom. Siswa siswi pun ada yang kebingungan.
“Pak ini bagaimana agar saya bisa log in?”
“Pak/Bu saya tidak bisa log in.”
“Aplikasi GCR nya yang mana ya Pak/Bu?”
Bapak dan Ibu guru dengan sabar menjelaskannya, karena umumnya saat kegiatan MPLS siswa siswi akan hadir ke sekolah untuk mengikuti MPLS secara langsung. Tetapi kembali ke point awal, semuanya harus mengikuti protokol kesehatan, mau tidak mau harus mengikuti MPLS secara virtual. Itupun saat sudah mulai mengikuti MPLS, ada gangguan-gangguan kecil seperti signal susah atau hilang dan ponsel bermasalah.
Saat mulai belajar pun rasanya asing dan kaku, untungnya generasi sekarang mudah dalam memahami aplikasi semacam itu. Tapi tetap ada saja yang tidak mengikuti daring. Belajar awalnya dimulai dari jam 8 dan berakhir di jam 3, tetapi sudah diperbaharui supaya meringankan siswa dan siswi yang mengikuti pelajaran.
Kerap kali siswa siswi juga terlambat mengumpulkan tugas, bisa jadi karena kurang memahami apa yang diberikan oleh guru ataupun kendala jaringan.
Eskul juga dilakukan secara virtual, pelantikan OSIS pun melewati virtual. Ingin rasanya hadir ke sekolah, belajar didalam kelas bersama teman yang lain. Tetapi untuk sekarang jangankan duduk belajar didalam kelas bersama teman yang lain, bertemu teman sekelas saja terkadang bingung. Saat bertemu seakan mendengar lagu “Kamu siapaa kamu siapaa?” karena memang jarang bertemu dan mengobrol langsung.
Kesempatan bertemu dengan teman sekelas hanya saat mengumpulkan tugas atau piket membersihkan kelas, itupun tak lama hanya sebentar kemudian kami berpisah untuk pulang kerumah kami masing-masing. Tak ada cukup waktu untuk mengobrol, bercanda gurau dengan waktu yang lama seperti saat sekolah sebelum pandemi ini melanda.
Ya walaupun sekolah melewati cara virtual seperti ini, siswa siswi masih tetap semangat mengikuti pelajaran dan lomba-lomba yang diselenggarakan oleh sekolah. Seperti lomba 17 Agustus kemarin. Banyak yang ikut berpartisipasi mengikuti lomba-lomba yang ada, bukan karena ingin hadiah saja tetapi untuk memperkuat rasa kebersamaan antar warga sekolah.
Semakin maju dan semakin jaya sekolahku, tempatku menimba ilmu untuk masa depan.